BETERNAK BURUNG MERPATI
INBRED, LINE BRED AND CROSS BRED ( GENETIC BREEDING )
Untuk menerapkan genetic breeding ada baiknya kita juga mempelajari ilmu
genetika atau ilmu tentang penurunan sifat. Untuk menyederhanakan permasalahan,
saya gunakan saja penurunan sifat (selanjutnya kita gunakan istilah
"traits" yaitu keseluruhan sifat/ciri2 fisik dan psikis yg dimiliki
merpati) yang disampaikan oleh Steven van Breemen karena lebih sederhana tetapi
cukup jelas dikaitkan dengan breeding merpati.
Breemen mengelompokkan traits menjadi 2, yaitu:
1. Non Additive Traits yg meliputi vitalitas, daya tahan dan kemampuan utk
pulih dari kelelahan (sign to come into form).
2. Additive Traits yg mencakup kecerdasan, "mordant" (mental
tempur) speed, dan bakat yg jarak terbang (short, medium, atau long distance).
Pd bagian lain, Breemen mengelompokkan kualitas otot juga sebagai addittive
traits. Non additive traits bisa hilang atau berkurang akibat dari inbreeding, namun
akan dapat dipulihkan kembali melalui outcrossing. Maksudnya burung2 hasil
inbreeding akan kehilangan atau mengalami penurunan vitalitas, daya tahan dsb,
tetapi apabila burung tersebut di-outcross maka turunan berikutnya akan pulih
kembali/normal.
Sementara additive traits akan diturunkan kepada generasi berikutnya secara
"intermediary" (1/2 dari traits bapaknya + traits ibunya). Misalnya
kecerdasan bapaknya 95 dan ibunya 90. Maka kecerdasan anaknya adalah 1/2
(95+90)= 92,5. Angka 92,5 bukanlah angka yg pasti tetapi hanya secara teoritis
saja. Dari konsep penurunan secara intermediary ini maka dapat disimpulkan bhw
kita harus selalu menyilangkan 2 indukan yg kualitasnya bagus. Yg kedua,
apabila salah satu burung disilangkan dgn burung yg additive traits-nya lebih
rendah akan berakibat pada penurunan kualitas additive traits pd
anak/turunannya.
Kalau kita membaca buku tentang genetic breeding, maka akan dijumpai
isrtilah - istilah seperti inbreeding, linebreeding, crossing, outcrossing,
dll. Tetapi penggunaan istilah2 tersebut selalu tidak konsisten antara penulis
yang satu dgn yg lainnya. Untuk itu saya kira perlu menyemakan persepsi
mengenai arti dari istilah2 tsb.
1. Inbreeding adalah penyilangan jantan dan bertina yg mempunyai hubungan
darah sangat dekat, yaitu antara bapak/ibu dgn anaknya (inbreeding vertikal)
atau kakak dgn adik (inbreeding horizontal).
2. Linebreeding adalah penyilangan jantan dan betina yg masih mempunyai
hubungan darah namun tidak terlalu dekat atau tidak sedekat hubungan dalam
inbreeding. Yg masuk dalam kelompok penyilangan linebreeding antara lain
kakek/nenek dgn cucu, paman/tante dgn keponakan (linebreeding vertikal) dan
perkawinan antar sepupu (linebreeding horizontal).
Untuk mengetahui seberapa dekat hubungan antara kedua individu, bisa juga dihitung dengan menggunakan rumus "inbreeding coeficient" yg ditulis oleh Sewel Wright atau biasa disebut dengan Wright Formula". Untuk mengetahui rumus dan cara menghitung inbreeding coeficient bisa dicari di google.
Untuk mengetahui seberapa dekat hubungan antara kedua individu, bisa juga dihitung dengan menggunakan rumus "inbreeding coeficient" yg ditulis oleh Sewel Wright atau biasa disebut dengan Wright Formula". Untuk mengetahui rumus dan cara menghitung inbreeding coeficient bisa dicari di google.
3. Outcrossing adalah penyilangan jantan dan betina yg tidak mempunyai
hubungan darah sama sekali.
4. Crossing adalah penyilangan jantan dan betina yg tidak mempunyai hubungan
darah sama sekali, tetapi kedua-duanya merupakan burung hasil inbreeding.
Crossing juga biasa disebut dengan istilah hibridanisasi (hybridization).
5. Backcrossing merupakan bentuk lain dari linebreeding yaitu trah yg sudah
kita miliki disilangkan dgn burunglain yg tidak ada hubungannnya lalu anaknya
dicross balik dengan dalah satu burung dari trah milik kita. Penyebab kegagalan
peternak pada umumnya disebabkan oleh kesalahan waktu melakukan backcrossing
karena apabila dilakukan secara gegabah justru akan merusak trah yg sudah ada.